Selasa, 23 Februari 2010

BAHAYA KURANG TIDUR


TIDAK seperti utang, jam tidur yang kurang tidak bisa dilunasi pada lain hari. Tidur cukup setiap hari dibutuhkan tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak.

Beberapa keluhan biasanya muncul bila tubuh kurang beristirahat. "Salah satunya, kurang atau malah tidak bisa berkonsentrasi saat kuliah atau bekerja," tutur dr Djoko Tamtomo SpPD.

Dia lalu mencontohkan seorang karyawan yang melembur untuk menyelesaikan laporan bulanan guna dipresentasikan esok harinya. Sang kar­yawan mungkin berhasil menyelesaikan laporan tersebut dengan begadang semalaman. Namun, saat presentasi, ada kemungkinan dia tiba-tiba blank atau salah menyebut angka. "Hal-hal begitu kan bisa mengurangi prestasi kerja," terang spesialis penyakit dalam RSU Haji Surabaya itu.

Orang yang dilanda kelelahan kronis akibat kurang tidur, lanjut dia, lebih suka mengonsumsi gula dan karbohidrat sederhana. Djoko mengatakan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa kurang tidur bisa mengganggu kadar gula darah dan hormon pengendali nafsu makan. "Karena faktor perubahan biologis itulah, orang yang kurang tidur kerap merasa lapar meski sudah makan semangkuk mi ayam," ungkap dia.

Kurang tidur, papar Djoko, juga membuat orang gampang sakit. Sebab, organ tubuh manusia butuh istirahat. Bila dipaksa bekerja terus-menerus, organ tubuh tersebut rawan rusak. Awalnya, daya tahan tubuh menurun. Dalam kondisi begitu, penyakit mudah menyerang. "Akhirnya, sakit-sakitan," tambahnya.

Dampak lain, orang itu ceroboh. Ka­rena kurang tidur, terang Djoko, kemampuan motorik akan melambat. Dampaknya, seseorang jadi kurang ge­sit. Tanpa disadari, dia menjadi mudah gugup, sering menabrak sesuatu, atau menjatuhkan benda. "Itu terjadi karena refleks berkurang. Pikiran juga kurang terfokus sehingga orang itu terlihat ce­roboh," tambahnya.

Bagaimana jika kekurangan waktu ti­dur dirapel di hari lain? Menurut Djoko, tidur terlalu lama justru membuat tubuh lemas. "Saat bangun, bukan segar, malah lemas," ungkapnya.

Dijelaskan, tubuh memiliki siklus bangun dan tidur yang sudah terpola. Bila seseorang tidur lebih lama daripada biasanya, akan terjadi pergeseran pola. Dampaknya, tubuh lemas dan ingin tetap tidur. "Mirip-mirip jet lag," papar dia.

Sebaliknya, bila waktu tidur setiap hari cukup tapi tubuh tetap terasa lemas saat bangun, perlu diperhatikan kualitas tidurnya. "Mungkin tidurnya sering terbangun atau tidak nyenyak," imbuhnya. (ai/soe/jpnn)

Tidak ada komentar: